Kamis, 17 April 2014

Wafat Isa Al Masih Dalam Sorotan Islam


Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia adalah agama terakhir yang Allah U ridhai dan sempurnakan. Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir jaman telah tertulis dalam kitab-kitab samawi sebelum Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS ataupun Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa AS. Terlebih lagi telah dibenarkan dari para penganut-penganutnya yang masih memiliki kejujuran dan keimanan yang benar untuk mengikuti dan membela agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Allah  berfirman (artinya):
Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Isra’il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Ash Shaff: 6).

Selain itu pula Allah SWT menjadikan umat Islam sebagai umat yang adil dan umat pilihan dari seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah I berfirman (artinya):
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat yang adil (pilihan) agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia.” (Al Baqarah: 143).

Para pembaca –semoga Allah SWT limpahkan rahmat-Nya kepada kita semua–,  kaum Nashrani setiap tahun memperingati hari wafat Isa Al Masih (sesuai sangkaan mereka). Perhatikanlah!!! Sejauh manakah keabsahan sangkaan mereka ini? Dan siapakah umat yang adil di dalam mensikapi Nabi Isa AS, apakah umat Islam, Yahudi, ataukah Nashrani? Simaklah keterangannya pada edisi kali ini.

Prinsip Islam Tentang Para Rasul

Merupakan bentuk dari rahmat Allah SWT, diutusnya para Rasul kepada setiap umat dan diturunkannya kepada mereka kitab-kitab suci sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Realisasi dari rasa syukur terhadap rahmat Allah I itu adalah dengan beriman kepada mereka dan tidak membedakan satu dengan yang lainnya, yaitu dengan mengimani sebagian Nabi dan mengingkari sebagian yang lainnya. Allah berfirman (artinya): “Katakanlah : Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka dan hanyalah kepada-Nya kami menyerahkan diri.” (Ali Imran: 84).

Keutamaan Keluarga Imran Di Sisi Allah 

Di antara keutamaannya adalah:
1. Keluarga Imran merupakan salah satu keluarga yang Allah lebihkan di atas segala umat (di masa mereka). Allah berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (dimasa mereka masing-masing).” (Ali Imran: 33).
2. Maryam binti Imran yaitu ibu Nabi Isa u merupakan wanita shalihah, yang Allah memilihnya dan mensucikannya, memberi rizki secara langsung kepadanya, serta melebihkan derajatnya di atas segala wanita di dunia. (Lihat Ali Imran: 37,42).
dan Rasulullah r bersabda:
حَسْبُكَ مِنْ نِّسَاءِ الْعَالَمِيْنَ أَرْبَعٌ : مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ ، وَ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ ، وَخَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلَدٍ ، وَ فَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ
“Cukup bagimu, dari (sebaik-baik) wanita di alam ini ada empat, yaitu Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir’aun, Khadijah binti Khuwailid dan Fathimah binti Muhammad.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi).
3. Isa AS, selain ia diangkat menjadi seorang nabi, ia pun termasuk dari 5 nabi yang tergolong Ulul Azmi. Diturunkan kepadanya kitab suci Injil, karena tidak setiap Nabi diturunkan kepadanya kitab suci. Allah memberikan kepadanya mu’jizat-mu’jizat yang cukup banyak yaitu menyembuhkan orang yang buta, orang yang berpenyakit sopak (kulit), menghidupkan orang yang sudah mati dengan izin Allah U seperti dalam surat Ali Imran ayat ke 49 dan mu’jizat-mu’jizat lainnya yang disebutkan dalam Al Qur’an.

Tinjauan Yahudi Dan Nashrani Terhadap Nabi Isa AS

Sebenarnya kaum Yahudi benar-benar mengenal tentang kenabian Isa, kesucian dan kemuliaan ibunya yaitu Maryam binti Imran. Namun sikap hasad, arogan dan brutal yang diwarisi turun menurun dari nenek moyang kaum Yahudi, menyebabkan pengingkaran mereka kepada Nabi Isa u yang diutus kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Mereka menuduh Isa sebagai anak zina dari seorang wanita pezina, mengusir Isa dan ibunya, sampai akhirnya mereka meyakini telah berhasil membunuh dan menyalibnya. Memang inilah watak asli mereka yang merubah-rubah ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi seperti Nabi Isa, Yahya dan nabi-nabi sebelumnya.
Sebaliknya kaum Nashrani, mempercayai orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah berhasil menyalib dan membunuhnya. Dengan kebodohan mereka (kaum Nashrani), setelah peristiwa tersalibnya Nabi Isa (sesuai persangkaan mereka) lahirlah keyakinan-keyakinan kufur yang tidak mungkin berasal dari Nabi Isa, seperti keyakinan bahwa Isa adalah anak Allah, keyakinan Isa itu adalah Tuhan atau keyakinan Trinitas (salah satu dari yang tiga).

Nampaklah disini dua sudut pandang yang sangat bertolak belakang yaitu:
Pertama, orang-orang Yahudi yang terjatuh dalam sikap tafrith yaitu pelecehan dan penghinaan yang berlanjut pada upaya pembunuhan mereka terhadap Nabi Isa.
Kedua, orang-orang Nashrani yang terjatuh dalam sikap ifrath (ekstrim) yaitu meninggikan derajat seorang nabi melebihi dari yang semestinya, yaitu keyakinan bahwa Isa adalah anak Tuhan, Tuhan itu sendiri, ataupun Trinitas.
Adapun menurut agama Islam maka Isa adalah seorang manusia yang diangkat menjadi nabi dari nabi-nabi Allah. Adapun Isa dilahirkan dari seorang ibu tanpa bapak, maka itu sangat mudah bagi Allah. Bukankah Adam AS diciptakan tanpa ibu dan bapak? Bahkan Nabi Isa sendiri yang membantah logika-logika orang-orang Yahudi maupun Nashrani. Di dalam surat Maryam Allah memberitakan dialog orang-orang Yahudi dengan Nabi Isa yang masih dalam ayunan ibunya, (artinya):
“Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil), dan dia menjadikan aku seorang Nabi.” (Maryam: 30).
“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia.” (Maryam: 36).
“Dan ingatlah ketika Alah berfirman: “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah Aku dan ibuku dua sesembahan selain Allah? Isa menjawab: “Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib.” (Al Maidah: 116).

Benarkah Nabi Isa  Wafat ?

Tidak, keyakinan agama Islam adalah bahwa Isa u masih hidup. Allah I mengangkat ruh dan jasadnya ke langit, sehingga batallah sangkaan kaum Yahudi yang mengklaim telah berhasil menyalib dan membunuhnya. Demikian pula sangkaan kaum Nashrani bahwa beliau telah wafat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Dan disebutkan pula dalam hadits shahih bahwa Isa akan turun di menara putih sebelah timur Damsyiq dan akan membunuh Dajjal. Barangsiapa yang ruhnya telah berpisah dari tubuhnya, maka tubuhnya tidak akan turun dari langit. Dan jika ia hidup kembali, maka ia akan dibangkitkan dari kuburnya.

Adapun firman Allah (artinya): “Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu, dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir.” (Ali Imran: 55). Maka ayat ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan sinyalemen di atas bukanlah al maut (kematian). Sebab jika yang dimaksud adalah kematian, maka Isa sama dengan orang mu’min yang lainnya, yaitu diambil ruhnya saja lalu dibawa ke langit. Kalau demikian, maka tidak ada keistimewaan Isa dibanding orang lain.
Begitu pula dengan firman-Nya (artinya): “Membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir.” (Ali Imran: 55). Kalau yang dimaksud adalah ruhnya berpisah dari tubuhnya, maka tubuhnya itu masih berada di bumi sebagaimana halnya tubuh para Nabi dan lainnya.

Dalam ayat lain Allah berfirman (artinya): “Mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa. sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar-benar dalam keraguan-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya, Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.“ (An Nisaa’: 157-158).

Yang semuanya itu (ayat-ayat di atas) memberikan penjelasan bahwa Allah mengangkat tubuh dan ruhnya sebagaimana halnya ia (Isa) akan diturunkan dengan tubuh dan ruhnya seperti yang disebutkan dalam hadits yang shahih. … Dan (lafadz at Tawaffi yang secara bahasa bermakna mematikan –red) selain itu juga bisa dimaknakan dengan memegang ruh ketika tidur. Seperti firman-Nya (artinya): “Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya.” (Az Zumar: 42).
Dan juga firman-Nya: “Dan Dia-lah yang mentawaffikan (menidurkan) kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. (Al An’am: 60). (Majmu’ Fatawa 4/322-323). Sehingga makna ayat إِنَّيْ مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ dalam surat Ali Imran: 55 … yaitu: ‘Sesungguhnya Aku memegang ruh dan tubuhmu dan Aku mengangkat kamu kepada-Ku.”

Adapun firman Allah (artinya): “Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepada Isa sebelum kematiannya.” (An Nisaa’: 159). Maka yang dimaksud dengan sebelum kematian Isa bin Maryam disini adalah kematiannya di akhir jaman, setelah diturunkan kembali oleh Allah di muka bumi untuk memerangi Dajjal, menghancurkan salib, dan membasmi babi. Demikianlah tafsir Ibnu Abbas t yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At Thabari dan dikuatkan oleh Al Hafizh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya 2/590. Maka dari itu, batallah pengakuan orang-orang Yahudi bahwa: mereka telah membunuh Isa, dan menyalibnya. Dan batal pula pembenaran orang-orang yang mempercayai mereka -bahwa Isa telah terbunuh- dari kalangan orang-orang Nashrani yang bodoh dan tidak mengerti permasalahan ini. Bahkan Allah memberitahukan bahwa perkaranya tidak demikian, tetapi ada seseorang yang diserupakaan oleh Allah dengan Isa, lantas mereka bunuh orang yang diserupakan itu sedang mereka tidak mengetahuinya dengan jelas tentang hal itu. Kemudian Allah mengangkat Isa kepada-Nya, dan dia (Isa) masih hidup dan kelak akan turun ke muka bumi. Sebagaimana dalam Q.S An Nisaa’ 157-158.

Yahudi Dan Nashrani Adalah Orang-Orang Kafir Selama Tidak Beriman Kepada Nabi Muhammad Dan Segala Apa Yang Dibawanya
Setelah Nabi Muhammad r diutus kepada seluruh umat manusia, maka tidak ada agama yang diterima di sisi Allah selain agama Islam. Allah I berfirman (artinya):
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah hanya agama Islam.” (Ali Imran: 16).
“Dan barangsiapa yang mencari selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85).
Atas dasar itu, Ahlul Kitab yang tidak mau beriman dengan apa yang dibawa oleh Muhammad r adalah orang-orang kafir. Allah U berfirman (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al Bayyinah: 6).
Rasulullah r bersabda:
لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Tidaklah seorang pun yang mendengar tentang aku dari umat ini, baik Yahudi maupun Nashrani, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman kepada agama yang aku diutus dengannya (Islam), kecuali pasti termasuk penduduk An Naar.” (HR. Muslim).
Wallahu A’lam bish Shawab

Sumber : Buletin Islam AL ILMU Edisi: 54/II/III/ 1426

Tidak ada komentar:

Posting Komentar